WHATSPACE.ORG – Ahad pagi itu belum begitu sempurna dan malam masih menyisakan gelap dalam samar remangnya. Mia seorang gadis manis tampak duduk di sisi taman kota menunggu Desi sahabatnya. Pada kursi besi berukuran agak panjang itu, Mia tampak gelisah. Pandangan matanya tajam mulai menorobos ke sela-sela rimbun dahan pohon yang menggantung apik di taman itu. Sesesali menengok ke beberapa sudut sunyi seperti sedang mencari sesuatu. Pikiran Mia rupanya terganggu oleh alur cerita horor yang ia baca semalam. Ia membayangkan akan bertemu hantu.
“Meski kamu terus merasionalkan dan tidak percaya hantu, aku tetap percaya”, kata Mia meyakinkan sahabatnya. Ia menyampaikan bahwa dari hasil bacaannya warga Amerika saja menurut data survei Harris Poll dari Live Science, sebanyak 45 persen percaya adanya hantu dan sebanyak 28 persen diantaranya mengaku pernah melihat hantu.
Desi yang juga seorang kutu buku tidak mau kalah argumentasi. Ia menyampaikan bahwa seseorang melihat hantu itu biasanya karena faktor halusinasi. Ia menguatkan argumennya dengan pernyataan Arthur Koestler dalam bukunya The Ghost in Machine bahwa gelombang infrasonik dapat memicu depresi dan halusinasi.
“Kamu juga bisa baca karya Neil deGrasse, sang astrofisikawan tentang frekuensi suara rendah seperti 18Hz yang bisa mempengaruhi struktur bola mata manusia dan mempengaruhi kualitas penglihatannya”, lanjut Desi meyakinkan. Dalam kondisi seperti itu, seseorang akan melihat macam-macam lalu melabelinya hantu…..
*Ini adalah penggalan isi salah satu chapter dan kisah versi lengkap dapat dibaca pada buku “Menyibak Dunia Lain”.




